SISTEM DAN KODE-KODE BILANGAN
1.1 Bilangan
Desimal
Sistem
bilangan puluhan atau desimal (decimal system) adalah sistem bilangan
yang kita pergunakan
sehari-hari. Sistem bilangan ini disusun oleh sepuluh simbol angka yang
mempunyai nilai yang berbeda satu sama lain dan karena itu dikatakan bahwa
dasar/basis atau akar (base, radix) dari pada sistem bilangan ini adalah
sepuluh. Kesepuluh angka dasar tersebut, sebagaimana telah kita ketahui,
adalah:
0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9.
Nilai yang
terkandung dalam setiap simbol angka secara terpisah (berdiri sendiri) disebut
nilai mutlak (absolute value). Jelaslah bahwa harga maksimum yang dapat
dinyatakan oleh hanya satu angka adalah 9. Harga-harga yang lebih besar dapat
dinyatakan hanya dengan memakai lebih dari satu angka secara bersama-sama.
Nilai yang dikandung oleh setiap angka di dalam suatu bilangan demikian
ditentukan oleh letak angka itu di dalam deretan di samping oleh nilai
mutlaknya. Cara penulisan ini disebut sebagai sistem nilai (berdasarkan)
letak/posisi (positional value system). Angka yang berada paling kanan dari
suatu bilangan bulat tanpa bagian pecahan disebut berada pada letak ke 0 dan
yang di kirinya adalah ke 1, ke 2 dan seterusnya sampai dengan ke (n-1) jika
bilangan itu terdiri dari n angka. Nilai letak dari pada angka paling kanan,
yaitu kedudukan ke 0, adalah terkecil, yaitu = 1. Nilai letak ke 1 adalah , nilai letak ke 2 adalah = 100, dan seterusnya nilai letak ke n-1 adalah .
Untuk
bilangan yang mengandung bagian pecahan, bagian bulat dan pecahannya dipisahkan
oleh tanda koma (tanda titik di Inggris, Amerika, dan lainlain). Angka di kanan
tanda koma puluhan (decimal point) disebut pada kedudukan negatif, yaitu letak
ke -1, ke -2 dan seterusnya dan nilai letaknya adalah , , dan seterusnya untuk kedudukan ke (-m) di kanan koma puluhan. Nilai yang diberikan
oleh suatu angka pada suatu bilangan adalah hasil kali dari pada nilai mutlak
dan nilai letaknya. Jadi, nilai yang diberikan oleh angka 5 pada bilangan 1253,476
adalah 5x = 50 dan yang diberikan oleh angka 7 adalah 7x= 0,07.
Secara umum,
suatu bilangan puluhan yang terdiri atas nangka di kiri
tanda koma puluhan dan m angka di kanan tanda koma puluhan, yang dapat
dinyatakan dalam bentuk:
N = ... , ...
mempunyai harga yang dapat
dinyatakan dalam bentuk:
N = an-1 10n-1 + an-2 10n-2
+...+ a1 101 + a0 100 + a-1 10-1 + a-2 10-2 + ...+ a-m 10-m.
(1.1)
ü Bilangan
desimal yang dikenal dari 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9.
ü Bilangan Radik
: 10
ü Misalnya
: 2510 = 2x101 + 5x100
= 20 + 5
= 25.
1.2 Biner, Oktal dan Heksadesimal
Secara umum,
semua sistem digital bekerja dengan sistem bilangan biner (binary) sehingga
sistem binerlah yang paling penting dalam sistem digital. Selain sistem
bilangan biner, sistem yang paling umum dipakai dalam pengkodean instruksi
untuk komputer digital adalah sistem bilangan oktal dan hekadesimal. Harga
dalam desimal (puluhan) yang dinyatakan oleh suatu bilangan biner, oktal,
heksadesimal atau yang lain-lain yang bukan desimal dapat dihitung dengan
memakai rumus:
an-1an-2... a1a0 a-1a-2... a-m
= an-1 + an-2 +... + a1 +a0
+ a-1 + ... + a-m
(1.2)
dengan: an-1 = angka yang
paling kiri,
R =
Angka dasar dari pada sistem bilangan
n =
cacah angka yang menunjukan bilangan bulat
m =
cacah angka yang menunjukkan bilangan pecahan
Persamaan
(1.2), yang merupakan bentuk umum dari pada persamaan (1.1), berlaku untuk
semua sistem bilangan yang berdasarkan letak yang tegas. Untuk semua sistem
bilangan seperti bilangan Romawi, misalnya, persamaan ini tentunya tak dapat
dipergunakan.
1.2.1 Bilangan
Biner
Sistem
bilangan biner mempunyai hanya dua macam simbol angka, yaitu 0 dan 1, dan
karena itu dasar dari sistem bilangan ini adalah dua. Harga yang ditunjukkan
oleh bilangan biner dalam puluhan dapat dihitung dengan memakai persamaan (1.2)
di atas dengan memasukkan R= 2 ke dalamnya. Sebagai contoh, harga bilangan
biner 101,01 adalah :
1 x 22 + 0 x 21 + 1 x 20 + 0 x
2-1 + 1 x 2-2 = 5,25
Dapat
disadari bahwa bila kita bekerja dengan lebih dari satu bilangan, maka kita
akan mengalami kebingungan bila kita tidak memakai suatu tanda yang menyatakan
dasar setiap bilangan. Untuk mencegah hal ini, pada setiap bilangan dicantumkan
dasar bilangannya, seperti (101)2 atau 1012 untuk menyatakan bilangan 101 dalam
biner. Jadi, contoh diatas dapat dituliskan sebagai :
=
Untuk uraian
selanjutnya, kita akan memakai cara penulisan ini bilamana diperlukan. Bilamana
dasar dari pada bilangan sudah jelas dari uraian ataupun bila kita hanya
membicarakan satu sistem bilangan, tentunya kita tidak perlu dan tak akan
memberikan tanda tersebut. Didalam praktek pemrograman komputer, sering tanda
tersebut hanya diberikan kepada bilangan yang bukan puluhan.
ü Bilangan yang
dikenal dari 0,1.
ü Bilangan Radik
: 2
ü Misalnya :
1012 = 1*22 + 0*21+1*20
= 4 + 0 + 1
= 5
1.2.2 Bilangan Oktal
Bilangan
Oktal mempunyai delapan macam simbol angka, yaitu: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan
karena itu, dasar daripada bilangan ini adalah delapan. Harga desimal yang
dinyatakan oleh suatu bilangan oktal diperoleh dengan memasukkan R= 8 kedalam
pers. (1.2) di depan. Sebagai contoh:
(235,1)8 = 2 x 82 + 3 x 81 + 5
x 80 + 1 x 8-1 = (157,125)10.
ü Bilangan yang
dikenal dari 0,1,2,3,4,5,6,7.
ü Bilangan Radik
: 8
ü Misalnya : 258
= 2 * 81 + 5 * 80
= 16+5 = 21
1.2.3 Bilangan
Heksadesimal
Sistem
bilangan Heksadesimal terdiri atas 16 simbol angka sehingga bilangan dasarnya
adalah 16. Sepuluh dari simbol tersebut diambil dari kesepuluh simbol angka
pada sistem bilangan puluhan dan enam angka yang lain diambil dari huruf dalam
abjad A - F. Jadi, ke-16 simbol heksadesimal adalah: 0,1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
9, A, B, C, D, E, F.
Huruf-huruf
A, B, C, D, C dan F secara berturut-turut bernilai 10, 11, 12, 13, 14, 15.
Harga desimal yang dinyatakan
oleh bilangan heksadesimal juga dapat dihitung dengan memasukkan harga R = 16
kedalam pers. (1.2) di depan. Sebagai contoh :
= 3 x 162 + 12 x 161 + 5 x 160 + 10 x 16-1=
ü Bilangan yang
dikenal dari 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,A,B,C,D,E,F.
ü Bilangan Radik
: 16
ü Misalnya :
2516 = 25H
= 2*161 +5*160
= 32+5
= 37
BINARY CODE
DECIMAL (BCD)
BCD adalah sandi yang
mengkonversi bilangan desimal langsung ke bilangan binernya sehingga ∑ BCD
adalah 10, sebagaimana ∑ bil. desimal.
Tabel
konversi BCD
BIL.
DESIMAL
|
8
|
4
|
2
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
2
|
0
|
0
|
1
|
0
|
3
|
0
|
0
|
1
|
1
|
4
|
0
|
1
|
0
|
0
|
5
|
0
|
1
|
0
|
1
|
6
|
0
|
1
|
1
|
0
|
7
|
0
|
1
|
1
|
1
|
8
|
1
|
0
|
0
|
0
|
9
|
1
|
0
|
0
|
1
|
CONTOH SOAL :
1. Berapa byte yang terdapat pada masing-masing
bilangan berikut :
a. 1100 0101
b. 1011 1001 0110 1110
c. 1111 1011 0111 0100 1010
Penyelesaian:
1 byte = 8 bit
a. 1100 0101 =
1 byte
b. 1011 1001 0110 1110 = 2 byte
c. 1111 1011 0111 0100 1010 = 2,5
byte
2. Tentukan bilangan desimal yang ekivalen dengan
masing-masing bilangan biner berikut ini :
10, 110, 111, 1011, 1100, 1110
Penyelesaian:
Setiap biner memiliki nilai yang
berbeda, dengan urutan nilai 8 4 2 1. Memiliki 4bit bilangan pada setiap
binernya sehingga untuk biner yang kurang dari 4 harus atau anggap saja pada
sisi sebelah () kiri harus
di tambah 0.
Jadi, 0010 = 2, 0110 = 6, 0111
= 7, 1011= 11, 1100 = 12 , 1110 = 14
3. Tuliskan persamaan berikut dengan bilangan
biner :
2 + 2 = 4
Penyelesaian
:
2=> 0010
2=> 0010 +
4=> 0100
4. Ubahlah desimal 56 menjadi biner
Penyelesaian
:
5610 = ...... 2
56 : 2 = 28 sisa 0
28 : 2 = 14 sisa 0
14 : 2 = 7 sisa 0
7 : 2 = 3 sisa 1
3 : 2 = 1 sisa 1
1 : 2 = 0 sisa 1
Angka yang di ambil adalah angka
sisa dari pembagian. Di ambil dari urutanbawah ke
atas.
Jadi 5610 = 1110002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar